Rabu, 24 September 2025

Strategi OJK Tingkatkan Likuiditas Pasar Saham Indonesia

Strategi OJK Tingkatkan Likuiditas Pasar Saham Indonesia
Strategi OJK Tingkatkan Likuiditas Pasar Saham Indonesia

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengkaji rencana menaikkan batas minimal saham beredar di publik atau free float menjadi 10%. Langkah ini dinilai dapat meningkatkan likuiditas pasar sekaligus menarik perhatian investor global.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa peningkatan free float akan membuat perdagangan saham lebih aktif. “Kalau free float besar, otomatis likuiditas pasarnya juga meningkat. Ini membuat pasar Indonesia lebih atraktif bagi investor global,” ujarnya, Selasa, 23 September 2025.

Dampak pada Daya Tarik Investor Asing

Baca Juga

Harga Emas Antam, UBS, Galeri24 Naik Signifikan Hari Ini

Nafan mencontohkan bursa di negara maju yang rata-rata memiliki free float jauh lebih tinggi. Kondisi tersebut membuat saham unggulan sangat likuid, sehingga investor institusi internasional lebih nyaman bertransaksi. Tujuan utama kenaikan free float adalah menumbuhkan kepercayaan investor, khususnya asing, sekaligus meningkatkan kredibilitas dan daya saing pasar saham Indonesia.

Selain itu, kenaikan free float juga sejalan dengan prinsip good corporate governance (GCG). Emiten diharuskan menjaga fundamental perusahaan sekaligus memberi ruang pergerakan harga saham yang lebih sehat. Kebijakan ini berlaku tidak hanya bagi perusahaan lama, tetapi juga bagi calon emiten yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Posisi Free Float Indonesia di ASEAN

Saat ini, rata-rata free float saham di Indonesia mencapai 24,95%, menjadi yang terendah di ASEAN. Sebagai perbandingan, Singapura 69%, Thailand 46%, Malaysia 46,52%, Vietnam 50,21%, dan Filipina 41,49%. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa meski kapitalisasi pasar Indonesia terbesar di ASEAN, posisi free float masih tertinggal dibanding Singapura dan Thailand.

Ketentuan free float minimum saat ini masih 7,5%, lebih rendah dibandingkan bursa global lainnya. London Stock Exchange, Filipina, dan SGX menetapkan batas minimal 10%, sementara Bursa Malaysia, Jepang, dan Hong Kong di level 25%. OJK menargetkan peningkatan free float minimum menjadi 10% secara bertahap dalam tiga tahun ke depan.

Implikasi Kenaikan Free Float

Jika batas free float naik ke 10%, pasar harus menyerap tambahan saham senilai Rp36,64 triliun. Kenaikan lebih tinggi, misalnya 15%, memerlukan dana hingga Rp232,12 triliun. Strategi OJK mencakup penguatan basis investor domestik melalui bank, asuransi, BPJS, dana pensiun, dan reksa dana.

Selain itu, OJK mendorong konektivitas dengan indeks global seperti MSCI dan FTSE agar saham Indonesia semakin diminati investor asing. Diskon biaya pencatatan tahunan dan initial listing fee juga dikaji sebagai insentif. Insentif pajak penghasilan (PPh) bisa diperluas, tidak hanya berlaku pada free float 40% yang saat ini mendapatkan potongan 3%.

Tantangan dan Peluang

Peningkatan free float menjadi tantangan bagi emiten besar yang sahamnya mayoritas dimiliki pihak tertentu. Namun, peluangnya cukup besar untuk meningkatkan likuiditas dan daya tarik pasar. Investor asing akan lebih mudah berpartisipasi, sehingga arus modal jangka panjang diperkirakan meningkat.

Nafan menambahkan, pasar dengan free float tinggi lebih stabil dan memberi harga saham yang lebih transparan. Hal ini penting untuk memitigasi volatilitas pasar dan membangun kepercayaan investor dalam jangka panjang.

Penerapan kebijakan free float ini juga mendorong emiten untuk melakukan restrukturisasi kepemilikan saham. Emiten harus mempertimbangkan pembagian saham kepada publik tanpa mengurangi kontrol manajemen yang ada. Dengan demikian, keseimbangan antara kepemilikan mayoritas dan saham publik tetap terjaga.

Strategi OJK dalam Implementasi

OJK menyiapkan beberapa strategi pendukung, mulai dari edukasi investor domestik hingga insentif fiskal dan non-fiskal. Pemberian diskon biaya pencatatan dan listing fee diharapkan meringankan beban emiten. Sistem pajak bertingkat juga menjadi pertimbangan agar lebih adil dan mendorong kepatuhan.

Selain itu, konektivitas dengan indeks global seperti MSCI dan FTSE dapat meningkatkan visibilitas pasar Indonesia. Langkah ini bertujuan memikat investor institusi global untuk lebih aktif bertransaksi saham di BEI.

Dengan kenaikan free float, diharapkan saham-saham unggulan Indonesia menjadi lebih likuid, harga lebih transparan, dan pergerakan pasar lebih sehat. Investor asing juga akan merasa lebih aman karena akses saham yang lebih mudah dan risiko likuiditas yang lebih rendah.

Rencana kenaikan batas minimal saham free float menjadi 10% merupakan upaya strategis OJK untuk memperkuat pasar modal domestik. Selain meningkatkan likuiditas, kebijakan ini diharapkan menumbuhkan kepercayaan investor global dan memajukan tata kelola perusahaan.

Jika implementasi berjalan efektif, pasar saham Indonesia akan lebih kompetitif, emiten lebih transparan, dan investor memperoleh peluang investasi yang lebih luas. Free float yang lebih tinggi menjadi kunci agar pasar lebih sehat, likuid, dan menarik bagi semua pihak.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Tren Harga Emas Naik, Investor Mulai Cermati Logam Mulia

Tren Harga Emas Naik, Investor Mulai Cermati Logam Mulia

Lo Kheng Hong Tetap Dominan di Saham PGAS Kuartal III

Lo Kheng Hong Tetap Dominan di Saham PGAS Kuartal III

Saham EMAS Melonjak Pesat Pada Hari Pertama Perdagangan

Saham EMAS Melonjak Pesat Pada Hari Pertama Perdagangan

Suspensi Saham CBRE dan FILM Resmi Dibuka Kembali

Suspensi Saham CBRE dan FILM Resmi Dibuka Kembali

Emas Menguat Dekati Rekor Akibat Geopolitik dan Suku Bunga

Emas Menguat Dekati Rekor Akibat Geopolitik dan Suku Bunga